Tema kali ini, “Mengapa kamu menulis?”
Ya aku menulis karena disuruh menulis oleh Lily! Haha. Bercanda.
Semua orang dunia pasti pernah menulis.
Tapi apa sih alasan dibalik orang menulis?
Karena ia blogger, novelis, wartawan? Sisanya?
Mungkin menulis karena terpaksa, semacam tugas essay dari dosen atau guru,
pekerjaan kantor dan lain sebagainya.
Sebelum membaca alasanmu, mari baca ceritaku
dulu.
Jauh sebelum aku menulis draft novel, cerpen,
antologi, aku sudah memiliki blog ini. Aku senang curhat, bercerita, dan
berbagi pendapatku ke media sosial. Tentu saja aku aktif di dunia Twitter!
Senang berkicau secara verbal tidak membuatku
menjadi orang yang senang tampil di depan banyak orang, aku pemalu! Aku sering
berbicara terbata-bata, gugup dan bahkan bisa mengalahkan Azis Gagap kalau
disuruh guru atau presentasi oleh bos. Tapi kalau disuruh mengetik dan
menceritakan keseharianku sebanyak 100 lembar, aku sanggup!
Mengarang memang bukanlah hal mudah, tapi
disebut sulit juga tidak. Dalam hal berimajinasi, kita tak perlu membatasi
diri. Jika menurutmu kau ingin bercerita tentang dirimu yang sedang mengalami
kesialan lalu melompatinya dengan bercerita tentang keberuntungan yang kau
alami kemarinnya lagi, kurasa tak masalah. Asal kau bisa “menjahitnya” dengan rapi
sehingga menjadi cerita seru.
Namun, untuk memulai menulis, atau menulis
untuk pertama kalinya, aku tak pernah membuat aturan tentang hal tersebut.
I’m
just… writing. Hell,
yeah. I write anything that I thought and I want. No theme, no purpose. Just writing
even tho just one paragraph.
Seiring berjalannya waktu, setelah tulisan
mulai rapi, baru aku mulai meningkatkan intensitas dan mempelajari hal-hal yang
lebih jauh.
Menulis
di blog bagiku mirip juga dengan berbicara di depan umum, hanya saja bedanya, kau
tidak berinteraksi langsung saja alias tidak bertatap muka dengan penonton.
Menulis bagiku juga semacam terapi. Ketika
tidak ada teman baik atau teman yang bisa mengerti atau sepaham untuk bisa diajak membahas
sesuatu yang menyedihkan, aku lebih senang menuangkannya ke dalam tulisan dan
membiarkannya meledak di sini. (Bisa juga pamer dan berbagi kegembiraan di
blog, lho.)
Menulis bagiku juga semacam album kata.
Bedanya dengan album foto, kita hanya tak memiliki visual yang tepat atau indah
selain merangkai, membentuknya kata per kata hingga si pembaca bisa
membayangkannya sendiri.
Intinya, aku menulis
karena ini adalah salah satu cara aku menuang isi pikiranku sebelum penuh, dan
terbuang karena dikikis oleh usia.
J
10 comments:
aaaaaaah keren! Terapi! yak, menulis adalah semacam terapi bagiku juga, Li!
sebelumnya terima kasih sudah mengajak saya ikutan tantangan menulis ini. makin ke sini makin sadar bahwa tak hanya membaca, menulis pun kalau dimales-malesin buntutnya uring-uringan sendiri. It really happened on me. 'cause both things are my passion. :)
hmm, if only you know how grateful I am to see you start writing again ('cause I once ever claimed that your blog was one of my favorite blogs, if you still remember) hehee... so, keep on writing, Lia! shake the world off by your thoughts and creativity through words.
Menulis itu memang semacam dengan curhat :) Dimana kita tidak bisa mengungkapkannya dalam percakapan. Tapi, didalam tulisan kita bisa merangkainya menjadi kata-kata yang indah. Semangat terus ya kak :) Salam kenal
Thanks Sin. Speechless baca komentarmu. I really appreciate it.
Benar. Dibanding dengan membaca, dengan menulis, kita bisa filter, atau memakai serta membuang, memilih kata2 mana yang ingin diungkapkan.
Toss duluuu
saya menulis untuk sekedar mencatat jurnal. :D
Lebih baik drpd mencatat utang, kan? Haha.
Jadikan menulis itu budaya. Tau ga kenapa bukti sejarah kita kurang? Karena kita tidak dibiasakan menulis. Sekarang udah era digital yg bikin semakin mudah untuk 'rekam jejak'.
Salah satu kegembiraan menulis adalah membagikan kegilaan-mu pada dunia.
D
Post a Comment