03 June, 2016

Drop of Water

Hari itu sama seperti hari biasa lainnya. Aku sedang melihat dua anak temanku sedang menggambar. Mereka baru berusia empat dan lima tahun. Sebut saja Fredi dan Sania. Saat itu Sania yang berusia lima sudah lihai menggambar dan mewarnai, lebih hebat dari anak seusianya kurasa.

Iseng, kutanya mereka, “kalau sudah besar, kalian mau jadi apa, sih?”

Fredi menjawab, “Dokter, Tante.”

Sania nyeletuk, “Karikatur seperti Papa.”

Cukup tercengang karena yang kutahu Ayah Sania memang karikatur di sebuah koran lokal. Menurutku, terlihat jelas memang bakat si Sania diturunkan oleh ayahnya.

“Sania nggak mau jadi dokter kayak Fredi? Atau ballerina? Penyanyi?” karena seingatku, ia senang menyanyi.

Sania hanya menggeleng.

Aku berhenti sampai di sana dan tidak memaksa lagi. Untuk apa?

Mungkin bagi sebagian orangtua, pekerjaan seperti itu cukup kurang… menjanjikan (?)

Kenapa bukan dokter, pilot, insinyur, pegawai negeri, hakim, polisi, bukankah kedengarannya lebih menggairahkan? 
Perlukah kita sebagai orang tua mengarahkan anak kita ke arah yang lebih menjanjikan tersebut?

Tapi sekali lagi, why
Mengapa kita harus memindahkan jalurnya? 
Mengapa harus resah jika anak kita terdengar memilih jalur yang unik dan tidak biasa untuk masa depannya?

Jika ia senang dengan hal tersebut, jika pilihannya berbeda dari kebanyakan orang,  dimana letak kesalahannya?

Itu pilihan hidup seseorang. Ia yang menjalani, bertanggung jawab dengan semua resiko yang ia pilih atau ambil. Biarkan ia bersinar dengan bakat yang ia miliki.

Mungkin pepatah ini tidak asing lagi di telinga kita ;

“If a drop of water falls in a lake, there is no identity. But if it’s falls on a leaf of lotus, it shine like a pearl. So choose the best place where you would shine.


Jadi, biarlah Sania dan Sania-sania yang lain di luar sana bersinar seperti yang mereka mau. We have no right to change the place where they are going to shine.


















nb : Silakan cek postingan blog kedua temanku dengan tema yang sama
Lily dan Sindy




Sumber foto : google images

2 comments:

Anonymous said...

Yah Benar, sayap impian anak-anak jangan sampai "digunting" oleh orang tuanya. Seringkali impian yang tidak biasa dan "remeh" dianggap abnormal padahal bisa saja anak-anak akan mengeluarkan full power-nya untuk meraih impiannya. keren Li! sangat inspiratif!

Lia Chan said...

Thank you, Ly. See you in next theme haha