05 February, 2016

Kepada Bpk Presiden RI

Selamat sore, Bapak. Apa kabar? Semoga sehat selalu.

Perkenalkan, saya Lia, hanya seorang warga biasa. Jangan menganggap isi surat ini terlalu penting karena saya hanya salah satu penggemar Bapak. Tak bisa dikatakan penggemar berat juga karena size sepatu dan warna kesukaan saja saya tidak tahu. Bolehlah menganggap saya hanya sebagai warga yang mendukung dan berterima kasih atas segala hasil jerih payahmu di pemerintahan RI selama beberapa tahun belakangan ini.

Pak, saya pernah menjadi warga yang sering golput karena merasa pilkada/pilpres bukanlah kegiatan yang menyenangkan. Saya lebih memilih  menonton atau membaca buku kesukaan daripada harus antri dan kepanasan saat mencoblos, belum lagi jari yang dicelup tinta, duh, membuat jelek saja. Pada waktu itu, saya juga berpikiran, “Yah… satu suara tidaklah begitu berarti. Siapapun yang terpilih, aku tak peduli”. Namun pada saat pilpres kemarin, keluarga cukup bersemangat menyambut wajah baru Capres RI dengan nomor urut dua. 

Saya pun berinisiatif mengikuti pemberitaan tentang Bapak, mengikuti perkembangan di TV, medsos dan berbagai media.

Pak, saya tidak memiliki sixth senses, dan bukan peramal. Tapi saya merasa, ada sesuatu yang berbeda dari diri Bapak dibanding calon yang lainnya. Mau itu pesona, karakter, prinsip, dan cara kerja, serta kampanye, ada yang unik dan membuat saya tertarik untuk memilih Bapak. Lalu saya berpikir, kenapa tidak dicoba saja menggunakan hak pilih saya untuk memilih Bapak? Tidak ada salahnya, kan? Semua orang pasti bertaruh pada saat memilih sesuatu yang baru, namun sebagai orang dewasa, asalkan kita harus yakin dan menerima konsekuensi ke depannya jika terjadi hal yang membuat kita menyesal. Begitu, bukan?
Kemudian, saya meneguhkan hati, "Ya. Saya sreg dengan Capres yang ini. Walaupun tidak satu suara tak berarti, yang penting ini bentuk dukungan." 

Maka dari itu, tetaplah semangat bekerja, Pak.

Saya tahu setiap manusia memiliki kekurangan, karena itu, saya sebagai warga RI, tidak memaksakan kehendak bahwa Bapak harus menyelesaikan semua pekerjaan dengan cepat dan sempurna. Saya juga tahu bahwa Bapak hanya manusia biasa, bukan pahlawan yang memiliki kekuatan Supernatural seperti di film-film yang mampu memerang kejahatan secepat kilat.

Saya akan sabar menunggu hasil kerja Bapak (walaupun beberapa orang sudah merasakan hasilnya). 
Saya  tak akan menuntut setiap saat karena saya tahu semua butuh waktu. Bahkan, membuat mie instan saja butuh proses, ya kan? Selain itu… jika Bapak lelah, jangan lupa beristirahat dan jaga kesehatan supaya bisa mengumpulkan tenaga untuk keesokan harinya.

Pak, tetaplah berperang melawan korupsi dan kemiskinan.

Jangan berhenti menyerah. Jika Bapak nyaris putus asa, tolong ingat semua harapan yang sudah kami serahkan kepada Bapak.

Adapun saya sebagai rakyat kecil hanya bisa menumpukan kepercayaan kepada Bapak. Jadi, apapun yang Bapak lakukan demi kebaikan rakyat, saya 100% mendukung.

Demikian surat ini saya sampaikan sebagai ungkapan terima kasih kepada Bapak.



Salam hangat untuk Bapak dan keluarga,



Lia.

1 comment:

Eva Sri Rahayu said...

Surat penyemangat yang manis :)