Hei, B.
Maaf. Maaf karena aku hampir melupakanmu. Aku tahu
salah besar karena beberapa bulan ini, aku mulai mengacuhkanmu. I’m so so sorry
about that. Tidak apa-apa belum memaafkanku sekarang, tapi setelah selesai
membaca surat ini, kuharap kau mempertimbangkannya lagi. Kau mau melakukan hal
ini untukku, kan?
Begini, awalnya mungkin terdengar sederhana, aku sibuk bekerja,
bertemu dengan dia yang spesial, oh tenang, kau juga spesial. Lalu, kami ya…
hmm… lebih sering bertemu dan waktu luangku habis hanya untuknya. Maaf sekali
lagi. Ya benar, pikiranku teralihkan yang pada awalnya sepenuhnya untukmu,
kemudian pindah ke Mr. M. Siapapun kurasa berlaku kemudian, aku tidak membela
diri, untuk apa? Aku hanya bercerita tentang kenyataan. Jatuh cinta itu
menyenangkan, tahu! Memang, sih kau sering bercerita padaku tentang cinta
sejati, namun mengalaminya seribu kali lebih menggemaskan.
Oke, maaf, aku melukai perasaanmu karena pembicaraannya
mulai keluar dari topik yang ingin kusampaikan.
Bukan karena aku membencimu, atau kau tidak
menarik, B. Ini hanya karena perubahan suasana.
Aku mulai sulit membagi perhatian, aku harus fokus
bekerja, sering bertemu pacar, rajin menelepon orangtua, chat dengan sahabat-sahabat, bahkan aku kesulitan memiliki me time sekarang. Aku hanya ingin kau
memahamiku saat ini. Kau tetap pilihanku di saat senggang, namun… hmmm… maaf ke
seribu lima puluh, si I dan P sebenarnya juga mengisi masa istirahatku akhir-akhir
ini. Mereka sama menyenangkannya denganmu, bedanya, bersamamu, aku bisa terbang
ke sana – sini di dalam imajinasi, bersama I dan P aku bisa menelan semua
informasi dari seluruh dunia. Kalian sama-sama berperan penting dalam hidupku.
Tidak, aku tidak lebay atau mejilatmu.
It’s
just a matter of time, Book. Someday, I will sit in front of my window-beach-view,
feel the fresh air down into my lungs, let the wind blowing through my hair and
spending time with you.
Aku berjanji.
Baiklah. Salam hangat untuk semua
teman-temanmu, aku akan segera menikmati kalian semua secepatnya. (Well, it’s sounds creepy, but I don’t care.)
Regards,
Lia, si pemilik puluhan buku tak tersentuh.
No comments:
Post a Comment