Hai,
Kau datang lagi tanpa pernah kuminta, walaupun
pernah kuberharap dalam hati untuk kedatanganmu sejenak. Kau datang untuk
menemani kesendirianku, cukup lama untuk hari ini. Rasa syukur dan terima kasih
kuucapkan padamu. Andaipun kau tak datang, aku tak masalah untuk memupuk rindu
selama beberapa saat. Masih ingat ketika kau berjanji akan datang, tapi tak
muncul juga selama beberapa bulan, apa aku marah? Ketika kau bertandang ke
tetangga nun jauh namun tak berpikir untuk singgah, apa aku marah? Tidak. Aku memaafkanmu.
Supaya kau tahu, orangtuaku selalu mengajarkan untuk memberi maaf pada siapapun
termasuk orang yang membuatmu celaka.
Selain dirimu, aku tak punya siapapun untuk
berbagi rahasia. Aku memiliki sedikit sahabat, tapi sedikit sekali yang ingin
kuceritakan pada mereka dan entah mengapa setiap kedatanganmu, membuat segumpal
kegelisahanku mencair, dan sejumput mellow-feeling menyeruak keluar dari dalam
hati. Kau cukup curhat-able, lho, asal kau tahu itu. Kau tidak berusaha
menghakimi, tidak bersikap menyebalkan dan hanya mendengarkan. Cukup
melegakan karena yang kuinginkan hanya didengarkan.
Aku tahu, aku bukanlah satu-satunya yang kau
datangi. Harus bersikap adil, katamu.
Ya, kau mengajarkanku untuk tak boleh iri,
bermuram durja dan mengutuk. Karena kalau aku berlaku demikian, kau akan marah,
berteriak, memekik, kau pernah membuatku takut. Aku yakin, walaupun aku
berpura-pura tak peduli akan kehadiranmu, kau tetap datang dan berusaha meluruhkan
tangisku, lalu menemaniku termenung selama beberapa saat.
Kau bukan morfin yang membuatku candu, bukan. Posisimu
saat ini sudah cukup membuatku nyaman dan akupun tak ingin meminta lebih. Sepengalamanku,
segala sesuatu yang berlebihan dapat membuat keadaan makin memburuk.
Jangan pedulikan orang-orang yang tidak
mengidolakanmu. Acuhkan dan jangan takut, kau berkuasa, melebihi kuasa mereka. Namun,
jangan lupa, tak sedikit juga orang yang menyukaimu. Kata mereka, baumu unik, memiliki
ciri khas tersendiri. Menurutku, aromamu membuat perasaan tenang. Tunggu,
apakah kau bisa menjadi pengganti obat penenang? Bercanda, aku cuma bercanda. Tak
usah meniup sekencang itu.
Well, di penghujung surat, aku memiliki satu permintaan, bisakah
kau tak datang saat malam menyapa? Pacarku akan pulang kerja, kau tak ingin
membuat dia menggerutuimu, kan? Beristirahatlah sebentar untuk malam ini dan datang
lagi esok hari. Aku akan menunggumu.
Di surat ini aku berjanji akan menunggumu.
Percayalah padaku, Hujan. Aku tak pernah
membohongimu.
Xoxo
Peluk hangat dari Lia yang menyukai si hujan.
No comments:
Post a Comment