FF #ProyekCinta @lia_neyh
Judul : Tomat
===========
Ia mengecup keningku, mengelus rambutku yang panjang
secara perlahan. Berusaha menenangkan hatiku dengan sentuhannya.
“If you’re different from the rest of the flock, they bite you,”
ujarku perlahan mengutip sebuah pepatah yang pernah kubaca.
Andrew lantas merengkuh
tubuhku yang mungil, sangat erat hingga kepalaku terbenam di dadanya. “Sayang, difference is wonderful. Membuat segala sesuatu jadi komplit, indah dan yang
terpenting, kita seimbang.”
Aku melepaskan diri
dari Andrew dan melangkah ke balkon. Udara lumayan pengap karena hujan yang baru
berhenti. Mataku terjatuh pada pohon tomat yang sudah kurawat beberapa bulan
terakhir ini. Tanaman yang sangat mirip denganku, jati diriku.
Aku mengangkat potnya
setinggi pundakku, dan menyorongkannya ke arah Andrew. “Lihat, daun-daunnya
segar, yah? Nggak sabar nunggu dia berbuah,” ucapku dengan nada riang, nada
yang dibuat-buat. Aku tidak mau kekasihku ikut-ikutan khawatir dengan masalah
pelik yang kuhadapi saat ini.
“Hmmm... jadi... besok
kamu yakin mau temani aku pulang ke rumah orangtuaku?”
Ia mengangguk, dan
tersenyum. Memasang tampang penuh keyakinan, tapi sisi lembutnya yang maskulin
tetap terpancar.
*
“Mas, aku takut. Aku enggak
berani. K-kita pulang saja, ya?” bujukku ke Andrew yang menghela napas panjang.
Melihat diriku yang
panik dan kacau, Andrew menopang lengannya di setir mobil, menatap mataku
lurus-lurus dan berkata, “Aku sudah nyetir selama tiga jam, kita sudah sampai
di depan rumahmu, kamu mau begitu aja langsung pulang. Iya?”
“Pulangnya aku yang
nyetir aja.”
Andrew mengelus pipiku.
“Hari ini kamu enggak pakai softlens,
gimana bisa nyetir? Sayang, Papa kamu itu lagi sekarat. Mama menyuruh pulang
biar bisa jenguk beliau. Gimana kalau ternyata hari ini adalah pertemuan
terakhir kalian? Lagian mereka pasti udah maafin kelakuanmu yang dulu, lha.”
“Dulu itu keadaan yang
memaksaku, Mas! Kalau saja mereka bisa dan mau memahamiku sedikit saja, seperti
yang kamu lakukan. Mungkin kami enggak akan terpisah selama sepuluh tahun!”
pekikku tertahan.
Andrew merengkuh bagian
belakang leherku, dan menempelkan kening kami.
“Kamu enggak sendiri. Ada
aku di sampingmu. Trust me. There is a
reason I was born to you. There’s always a reason... we belong together.”
Kalimat itu pun seakan
menghipnotisku. Kepercayaan diriku tumbuh lagi.
*
Suara air terdengar
menggelegar dari atas sini. Apakah air di sungai deras ini mampu menyeretku ke
dunia lain? Apa air dingin di sungai ini bisa membekukan otak? Aku ingin
tahu....
“PERGI
KAMU!!! Keluar dari rumah ini!!” suara teriakan yang
keluar dari bibir Mama menerjang kencang bak petir di tengah badai.
Aku menutup kuping. Kejadian
tadi siang kembali melintas di benakku. Setiap adegan muncul dengan detail saat
aku berusaha melupakannya.
Aku menangis. Belum
pernah airmataku turun sederas itu.
“Aku
tidak punya anak laki-laki sepertimu! Tidak pernah. Menjijikkan!” ulang
Mama, seakan jika ia mengucapkannya berkali-kali itu akan mengubah keadaan.
Aku mengutuk hidup,
mengutuk diriku. Aku tidak meminta untuk dilahirkan berbeda, Ma. Tidak!
Lihat saja tomat. Perdebatan
bahwa tomat tergolong sayuran atau buah sudah terjadi selama berabad-abad. Mengapa
tidak ada yang berusaha mendengarkan isi hati kami. Mengapa harus kalian yang
menggolongkan kami, memaksa tomat untuk menjadi sayuran. Bagaimana bila si
tomat ingin menjadi buah?
Apakah transgender termasuk
koreng yang harus dikupas? Apakah kami aib? Apakah kami virus mematikan?
“Kenapa
Mama tidak bisa menerimaku, Ma? Kenapa?”
“Karena
kamu aneh!” bentak Mama sengit.
Kalimat itu langsung membakar
darahku, hingga mendidih dan meluap. Hatiku meledak kemudian hancur seketika
saat itu.
Angin malam dingin yang
menusuk membawaku kembali ke dunia nyata. Aku tidak sanggup... Sungguh tidak
mampu lagi. Biarlah sungai ini menelan semua kegundahan hati yang selalu
merongrong setiap jengkal perasaanku. Menelan pedih serta sekelumit kesedihan.
“Biarlah hanya aku yang
menanggung ini semua. Biarlah....”
6 comments:
Hiks sedih :(
Ending-nya bisa ditebak dari awal sih (kalo dari kacamata saya), tapi alurnya ngalir. Sukak! Apalagi analogi "transgender" dan "tomat", CERDAS!
Bagus gus gus gus gus gusdur #eh :))
I thought it was too dramatic.
hahahaha.
Loner banged ya si tomat ituu...
hahahaha.
Thanks for comin, pals.
Tulisanmu rapi dan ngalir, Li. Analogi tomat itu pas ^_^
Nice Lia^^
Post a Comment