15 February, 2013

Bingung

Pfft. Kau membuatku bingung karena kebingunganmu. Pfft

Tunggu ya, biar kugigit dulu cokelat Delfi-nya sebelum memulai. Cokelat bisa menenangkan, katanya. Jadi, aku harus menenangkan pikiranku sebelum meneruskan ini.

Oke. Kau, kau, kau dan kau! Sudah kubilang berkali-kali. Jangan plin-plan! Kalau kau sendiri bingung dengan pilihanmu, akibatnya orang yang menjadi pilihanmu ikutan bingung! Mungkin kau tidak sadar dengan akibat yang kau perbuat. Tapi tolong, lihat sekelilingmu, sediakan waktu sejenak untuk melihat apa yang telah terjadi dengan semua yang telah kaulakukan.
Apa kata yang lebih cocok dari hancur? Berantakan. Luluh. Binasa. Remuk. Apalagi ? Oh. Rusak. Ya, hatiku sudah rusak karena kebingunganmu. Bagaimana? Dahsyat kan akibatnya? Terus, sudah tahu aku terluka pun kau masih lari dari tanggung jawab? OH TUHAN. MANUSIA MACAM APA KAU?!

Tunggu, tunggu, tunggu. Aku mau gigit cokelatku lagi. Mulai panas sepertinya.

Sekarang aku ingin membahas secara singkat soal "bingung".
Menurutku, bingung  itu sangat bisa dikategorikan sebagai perasaan kacau-balau (complicated). Mari coba kita jabarkan soal kebingungan karena saat ini aku sangat kebingungan karena kebingungan-kebingungan yang sedang melandaku. Dan semoga aku tidak kebingungan ketika menjelaskannya.

Pertama, bingung biasanya dilandasi oleh perasaan takut. Takut untuk menentukan pilihan. Takut salah memilih. Ketika kau ingin memilih A dan sudah memikirkan resiko namun ngeri membayangkannya. Lalu kau dihadapkan dengan pilihan kedua, B. Pilihan yang tidak kauinginkan tapi resikonya bisa kau tolerir.  Sialnya, terkadang jika kita kebingungan, kita memilih menyendiri, berpikir dan berpikir dengan jangka waktu yang sangaaaaaaaaaat lama, hingga pada akhirnya malah tidak memilih keduanya karena rasa takut itu. Takut mengemban konsekuensinya. Aneh memang, tapi pada kenyataannya, hal ini sering terjadi pada orang yang bersifat plin-plan.
Padahal menurutku, pilih saja salah satu lalu jalani. Atau jika kau kerepotan, sharing-lah dengan seseorang atau beberapa orang, minta opini dari mereka karena orang-orang yang yang tidak ada sangkut pautnya denganmu lebih objektif dalam memilih.
Orang bilang, "ikuti kata hati". By the way, memangnya hati bisa menjawab? Tidak, tetap otak kita yang berpikir, kok. Yang penting, saat menjalaninya, jangan ada rasa penyesalan, kita bisa memilih karena Tuhan-lah yang mendorong kita untuk memilih. Tuhan sudah merencanakan, mengatur apa yang kita pilih. Ingat, Tuhan selalu punya andil dalam setiap pilihan dan apapun yang kita kerjakan.

Kedua, setelah kau bingung dengan semua yang ada di depanmu. Kau lupa bahwa di saat kau bingung, kau juga membuat orang yang menjadi pilihanmu kebingungan dengan sikap bingungmu. Paham? Kebingunganmu yang tidak jelas itu membuat seseorang berasumsi, memikirkan hal yang tidak-tidak, dan semakin frustrasi dengan semua tindak tandukmu. Mungkin sebenarnya kau tidak berniat membuat orang lain terkena dampaknya juga, hanya saja, ketika kau sedang kebingungan, orang lain pun ikut merasa khawatir. Kenapa khawatir? Karena orang itu sayang padamu, peduli padamu.

Ketiga, kau kehilangan waktu. Mengapa bisa? Ya iyalah, otomatis di saat kau tenggelam-sibuk dengan kebingunganmu, kau sama sekali tak menyadari bahwa waktu ikut berjalan, dan yang paling menakutkan, kau tidak berkonsenterasi dengan apa yang sedang kau tekuni namun saat kau sadar ternyata sekelilingmu sudah berubah, lalu yang terburuknya, kau malah belum menentukan pilihanmu. Bayangkan sudah berapa lama waktu yang dihabiskan orang-orang yang sudah menantimu dengan sabar.

Lihat akibatnya, sayang. Parah, kan? Kumohon, jangan kau berlama-lama berkubang dalam kebingunganmu, tidak baik. Aku tidak bermaksud memburuimu, hanya saja, cobalah untuk mempercepat keputusanmu dan tidak menghindar. Karena bagaimanapun, bukan kamu saja yang tersakiti tapi orang yang menunggu namun tidak dipilih pun malah lebih tersakiti.
^^


PS : Bila kau tidak bisa membahagiakan seseorang, minimal jangan membuatnya menangis.

With Love,


Lia



No comments: