12 May, 2016

Makanan Kesukaan

Selamat siang para pecinta huruf,

Postingan kali ini akan membahas soal "makanan favorit" yang ditantang oleh temanku, Lily

Well, setiap orang memiliki makanan kesukaan, memiliki seleranya sendiri mengenai rasa, seleranya sendiri mengenai porsi, seleranya sendiri mengenai tingkat kematangan.

Yang akan kubahas di sini adalah makanan kesukaanku. So, if you do not agree with it, just back off. LOL.

Seperti kebanyakan orang, aku sudah mencicipi berbagai jenis makanan. Baik itu steak, seafood, nasi goreng, sate ayam, nasi padang, berbagai jenis makanan bersantan kuah, dimsum, roti canai, tom yam, pizza, spaghetti, tortilla, pasta dan berbagai jenis makanan dari beberapa negara.

Semua jenis masakan di atas, enak, mengenyangkan (tergantung porsi), memiliki cita rasanya sendiri, dan cukup "mewah" bagi segelintir orang yang hanya bisa makan nasi jinggo/kucing setiap hari.

Tempat makan pun tidak mempengaruhi cita rasa itu sendiri. Bahkan warteg terkadang lebih enak rasanya daripada di restoran. Mungkin koki di restoran kurang berani dalam hal memberi bumbu? Mungkin koki sedang badmood?
Tapi banyak juga yang merasa kalau makanan di restoran lebih enak daripada di warteg dan berkata bahwa, "Yah... namanya juga warteg. Yah pas-pasan gitulah. Dari segi harga daging sudah bisa menentukan kualitas, kok."
Jelas, you pay what you deserve.

Namun ada 1 jenis makanan yang boleh dibilang, bisa disebut sebagai makanan sejuta umat. Hampir 80% orang di dunia ini pernah menikmatinya, termasuk aku yang kini kumasukkan ke dalam list "makanan favorit".



Baik orang kaya, kurang mampu, kakek, nenek, anak-anak, remaja, dewasa. Semua pernah mencobanya. Baik untuk dijadikan makanan sehari-hari, ataupun pada saat malas masak, ingin sarapan, terkadang untuk membunuh rasa dingin dengan menyantapnya saat hangat.

Beberapa orang termasuk orangtuaku melarang keras untuk mengkonsumsi makanan instan ini, namun karena aku termasuk keras kepala, sering kali pula aku melanggar atau tanpa sengaja berdebat untuk masalah ini.

Aku menyukainya. Aku suka rasanya. Aku suka teksturnya.
Aku suka mie instan.
Lantas apa aku takut dengan efek sampingnya?
Tidak.
Ah, maaf. Aku bohong. Aku sedikit takut. Takut terkena kanker, takut terkena ginjal, atau penyakit-penyakit berbahaya lainnya yang disebabkan oleh mie ini.
Kalau begitu, aku bodoh karena sudah mempertaruhkan nyawaku, kesehatanku hanya demi makanan murah ini?
Anggap saja aku orang dewasa yang sudah tahu konsekuensinya.
Aku tahu akibatnya.
Hanya saja, mie itu candu.
Berapa banyak sih orang yang bisa bertahan melepaskan rokok, ganja, kopi, dan teh demi kesehatan mereka masing-masing?
Iya, susah. Sesusah melepaskan mantan yang sering parkir di pikiran kita.

Ketika kau sudah menyukai sesuatu. Kau mulai menutup telinga dari semua omongan orang dan selalu memberi pikiran positif pada diri sendiri, "ah, ini mah nggak apa-apalah..."
Ketika kau sudah menyukai sesuatu. Kau hidup dalam "in denial".

Hanya menurutku, jika kau sudah memegang resikonya dan bisa bertanggung jawab dengan akibatnya, kurasa opini orang lain seharusnya tidak akan mempengaruhi prinsipmu.
Kita bisa mendengarkan saran mereka, silakan,tapi kita tak perlu setuju untuk itu.
Dan buat kalian, kalian tak bisa memaksakan kehendak bahwa apa yang kita lakukan adalah salah dan opini kalian adalah benar.

Your life is your choice.
Do you want to drink coffee? Drink it.
Do you want to eat spicy foods? Go ahead.
Do you want to eat small portion? It's okay.

Jika mereka mengomentari. "Hati-hati, nanti kembung kebanyakan kopi", "Hati-hati sakit perut kalau kepedasan", "Banyakin makannya, dong. Nanti kamu kurus."

Kalau menurut kata hatimu, "Ah, nggak apa-apa, kan tidak sering". Ya sudah, tetaplah makan dan jangan pedulikan.
Jika menurut kata hatimu, "Ah. Ada benarnya juga." Maka berhentilah.

It's okay if you are not always follow what others told you.
It's okay you're not always going to agree with how others do things.
Just follow what your brain and heart says.

So, mari kita hidup dengan tidak terlalu memusingkan apa kata orang. Makanlah makanan kesukaanmu selagi kau masih bisa makan dan bertanggung jawab sendiri dengan akibatnya.
Karena apapun yang terjadi, kau sendiri yang merasakannya, dan tentu tak boleh mengeluh.

So, sekali lagi. MARI MAKAAAAAN!!



1 comment:

Anonymous said...

hai Li, keren! Fresh like you. Indomie, emang selera kita. Hihi... :D semangat menulis terus. hakhak