Malam Pi,
Ini pertama kalinya Lia mengirimi surat untuk
Papi, walaupun takutnya Papi tidak dapat membacanya karena sibuk atau tidak ada
internet di sana.
Pi, Lia rindu.
Sambil membayangkan wajahmu dan mendengar lagu
Ayah – Rinto Harahap, Lia buat surat ini, Pi.
Ngomong-ngomong… Papi rindu sama Lia? Anak bungsumu
yang manja, yang sering merepotkanmu, senang meminta tolong ini dan itu,
reparasi barang-barangku yang rusak, mengecat dinding kamar karena sudah bosan
dengan warnanya, mengantar-jemput aku dari rumah hingga ke depan sekolah sejak
SD sampai SMA, membayar segala keperluan sekolah, menafkahi dari saat aku bayi,
dan bahkan terkadang kau masih memberiku uang jajan di saat anakmu ini sudah
bekerja, membeli pakaian baru untukku tanpa diminta dan memastikan bahwa tidak
ada satu anakpun yang mengganggu atau menyakit anak gadismu ini.
Astaga, Pi, sungguh, kalau disuruh membayar semua
uang yang sudah kau keluarkan, aku tak sanggup, Pi. Secara nominalnya terlalu
besar. Bagaimana cara aku membayarnya, Pi?
Oh. Dengan cara merawatmu pada saat kau sudah tua,
Pi? Ha? Bukan? Lalu?
Hmm… berbakti, ya? Yakin cuma itu, Pi? Tanpa ada
embel-embel lain, ataupun disuruh membelikanmu rumah mewah?
Baiklah, Pi. Aku akan berusaha berbakti, dan
jadi anak yang penurut, serta tidak mengecewakan. Bonusnya, aku akan bikin kamu
bangga, Pi. Walaupun belum tahu caranya. Satu lagi, tolong ya, jaga kesehatan
dan berumur panjang. Aku akan coba berdoa ke Tuhan dan semua malaikat di jagad
raya ini menjagamu. Kalau malaikat-malaikat menolak, aku akan memaksa, karena
kaulah satu-satunya ayah yang menjadi teladanku. Kalau bukan karena kau yang
merawatku, bisa jadi apa aku nantinya?
Pi, bagaimana caranya kau bisa membesarkan Lia tanpa ragu dan ikhlas? Karena dulu Lia pernah membentakmu, dan marah padamu karena permintaan yang tak dikabulkan atau hal-hal sepele.
Oh Tuhan... bagaimana mungkin Papi tidak bisa marah, benci atau dendam? Hatimu terbuat dari apa, Pi?
Kalau demikian... bolehkah aku berterima kasih untuk pertama kalinya lewat surat dan kemudian
akan kuucapkan langsung?
Terima kasih atas semuanya, Pi. Banyak sekali yang ingin kuungkapkan, namun tak mampu merajutnya menjadi cerita indah karena akan merusak rasanya.
Hmmm… sekian dulu surat dari Lia, Pi. Papi baik-baik
ya di sana. Peluk cium hangat untukmu dan Mami juga.
Dari Lia, anakmu yang paling manja.
NB : Satu yang ingin kutanyakan, Pi. Papi itu
siapanya Superman? Kenapa menurutku Papi itu lebih keren dari pahlawan, ya? :)
#30HariMenulisSuratCinta
6 comments:
Sungguh indah dan menyentuh isi surat untuk ayah ini....Andaikan semua anak di bumi ini bisa dan berkelakuan seperti isi surat ini,mgkn dunia akan jadi jauh lebih baik....Kita sebagai anak memang harus menghormati,menghargai dan terlebih mencintai org tua kita yg telah menyayangi,merawat dan mencintai kita tanpa berharap pamrih apapun....
Salut buat Lia...
Mungkin papanya kamu seniornya superman pas jaman mahasiswa dulu, jadi beliau jadi senior pas ospek maba,,, B) Suratnya bagus
Hehehehe. Makasih semua.
Papinya jagoan, anaknya juga jagoan doongg. semangat nulisnyaaa yaaaa
Mungkin papamu itu orang yang melawan Superman, yang dalam perjanjiannya, yang kalah pake celana dalem di luar. Haru baca suratnya. :')
Trus papamu nyanyiin lagunya Ronan Keating, Im not superman but ill always be your man ~
Mampir ke blog puisiku yah mbak. :D
Post a Comment