28 April, 2013

Review The First Time - Drama Hollywood Movie



Teen romantic comedy, including sex education.





Kidding.

Kalimat di atas sengaja agar pembaca tertarik dengan postinganku.

Dave (Dylan O'Brien) dan Aubrey (Britt Robertson) adalah dua remaja yang bertemu di saat dan tempat tak terduga. Dua remaja polos ini berkenalan, having a complicated conversations kemudian jatuh cinta.

Udah, gitu aja...

Lalu di mana konflik film ini???

Ada. Mungkin kali ini aku tidak akan mengulas, seberapa bagus akting mereka, setting, alur dan konflik.
Memangnya apa yang harus diharapkan dari film-film drama komedi begini?
Twist ending? :))) You wish!

Konflik film ini sangat familiar di kehidupan anak remaja, tabu untuk dibicarakan ( di negara Asia), dan sedikit cheesy ; Making Love.

Dave adalah cowok tampan, pintar, gugup, lugu, polos dan tipe cowok yang bakalan bikin hatimu klepek-klepek dalam permainan kata-katanya. Tapi kalau actions, he is totally nerd.
Dia termasuk cowok pemuja cinta, bukan berarti tidak menginginkan  bercinta dengan skank lho, ya. Dia senang berfantasi, tapi yang difantasikan adalah gadis-gadis yang memang pantas untuk difantasikan.
Dia bukan tipe cowok yang bermasturbasi dengan membayangkan pacarnya. Nope. Bagi Dave, pacar adalah wanita yang harus dihargai, dihormati dan well, menurut Dave, gadis yang ia kencani haruslah menjadi istri dari anak-anaknya kelak.

Waw. Masih ada tidak stok cowok seperti ini di dunia, Ladies? Perbandingan berapa kira-kira? 1.000.000 : 1 ? :))) *laughing so hard*

Aubrey, diceritakan masih SMP. Pemberani, dewasa dari umurnya, senang bertualang, mengagungkan pria the old-fashioned way gitu, bukan dari penampilan, tapi mungkin lebih ke cara pikir, dan sikap. Bukan berarti dia tidak nakal. Dia punya pacar yang rada nyentrik dan sedang kuliah.

Perbedaan Dave dan Aubrey sungguh jauh, tapi satu persamaan mereka. Mereka masih sama-sama perawan. Virgin.

Di dalam film ini juga menceritakan bahwa pertemuan singkat - dalam tempo semalam - pun bisa tumbuh benih-benih cinta.

How is it going?

Entahlah, sepertinya memang ada caranya tersendiri. Bisa saja dari obrolan, hobi yang sama, menyukai hal yang sama, sentuhan kecil dan dari hal-hal seperti itu memang terkadang sering muncul ketertarikan.

Hanya semalam, mereka sudah bisa tidur di dalam satu kamar dan menenggak wine bersama. Hanya tidur lho ya. Tidak ngapa-ngapain. Isn't that sweet for a girl like us??  *Lo aja kalee, gue enggak* :)))

Berpelukan sambil menunggu cahaya matahari terbit yang masuk lewat kamar jendela sambil bergenggaman saja, bernapas dengan irama yang sama, mendengarkan detak jantungnya dalam diam. Aww!
See? Sesuatu yang sederhana bisa jadi sangat romantis, kan?
Cewek itu tidak membutuhkan 1000 kuntum mawar ditebarkan ke atas ranjang, atau 1 buket bunga diantar ke rumah setiap harinya untuk merasakan suasana romantis dari orang yang dia suka kok.

Oke. Kembali ke topik.

Setelah mereka sadar bahwa mereka saling tertarik, Aubrey memutuskan pacarnya dan menjalin hubungan dengan Dave.
Dalam waktu singkat juga, mungkin dipengaruhi hormon, Aubrey mengundang Dave datang ke rumahnya saat orangtua Aubrey menghadiri pesta malam itu.
Sudah bisa ditebak apa yang terjadi?

Yak, they did it.
Jangan berpikir bahwa ada adegan yang sensual. Tidak ada. Hanya ciuman bernafsu di ranjang, lalu scene berikutnya... gelap.

Konfliknya terjadi di saat mereka selesai melakukan hal itu.
Apa yang terjadi kira-kira?

Aubrey merasa bersalah. Dia marah, tegang, kesal, dan panik karena melakukan hal ini dengan orang yang baru saja dia kenal selama seminggu.

Screen writer film ini sengaja membuat kita berpikir dan bertanya-tanya. Seberapa penting atau berartikah seks bagi kalian.

Dengar dari teman-teman yang sudah berpengalaman, berhubungan sebenarnya bukan masalah besar kalau kita tidak menyertakan perasaan di dalamnya. Seks itu bermain dengan adrenalin, emosi dan hormon. Kita mendapatkan sebuah kepuasan, kelegaan, dan kenikmatan semata.

Sebagian wanita hanya akan melakukan dengan pria yang dianggap "tepat". Tidak harus menikah dulu, saat masih berstatuskan pacar, kalau memang merasa dia tepat. Mereka bersedia melakukannya.

Mungkin tepat yang mereka maksud adalah pria yang benar-benar bisa meyakinkan mereka bahwa hanya "akulah yang pantas mendapatkan kehormatan ini", tepat di hati dan benar-benar pria yang hanya akan melakukannya dengan dirinya sendiri untuk ke depannya.

Dan jelas bukan pria yang ingin memuaskan rasa penasarannya saja.


Tapi ada beberapa cewek yang kebalikannya juga, kok. ;))

Kalau aku, sepertinya aku mirip karakter Dave di dalam film ini, deh. Kami memiliki visi yang sama, tidak mengecam seks bebas, pun tidak menyangkal.

Berbeda dengan Aubrey. Dia penasaran, lebih atraktif, dan selalu mengundang.
Tapi apa? Setelah melakukannya, dia merasa bersalah.
Atau kecewa tepatnya?

Mungkin Aubrey berpikir bahwa seks akan memberikannya sensasi yang 'wah'. Terkadang novel-novel atau artikel terlalu membesar-besarkan sesuatu tentang rasa, kan? Mungkin Aubrey condong ke "rasa", penuuh ekspektasi tinggi.
Menunggu momen penting ini, dan ternyata "hanya begitu toh" rasanya.
So, gimana mungkin tidak muncul perasaan guilty preasure? Cewek kan sensitif. :)))

Sedangkan menurut pandangan temanku, (cowok). Making love itu lebih ke memuaskan rasa penasaran. Hasilnya? Beberapa mengatakan mereka kecewa bercampur puas. Kecewa dengan hasilnya. Puas karena rasa penasarannya sudah hilang.
Adapun yang berkata "biasa saja".
Dan aku tidak tahu apa karena mereka merasakan hal seperti ini karena belum menikah atau karena masih berstatus lajang. Karena ada seorang pria yang sudah menikah, berkata bahwa rasanya HEBAT!

Kutanyakan, apakah ada perasaan bangga, perasaan menyesal atau semakin merasa intim dengan pasanganmu?
Mereka berkata, tidak ada perasaan merasa semakin intim dan bangga seperti itu, kecuali kau melakukannya dengan seseorang yang terkenal. Wow. Cowok gitu, lho. Egonya akan naik bila dia melakukannya dengan seseorang yang menjadi rebutan. :)))

Dan mereka memberiku suatu pemahaman, bahwa, lakukanlah hal itu dengan yang kaucintai saja. Bukan karena hasil akhirnya, melainkan sensasi saat merasakannya pertama kali tidak akan terlupakan. Dan jangan sampai kecewa.

Sama seperti Aubrey dan Dave, di akhir cerita, *spoiler*, mereka introspeksi diri, bahwa, ternyata yang mereka lakukan sudah benar. Tidak peduli dengan hasil akhirnya, mereka tetap saling mencintai dan tetap melanjutkan hubungan. Karena ada yang lebih penting dari seks itu sendiri, melainkan perasaan.

So, seperti biasa, kisah romantis komedi ini pun berakhir happily ever after.

Enjoy!

3 comments:

Sindy Shaen said...

Yang bilang malam pertama itu biasa aja, kemungkinan besar melewatinya sama orang & waktu yang gak tepat. Ato pun BELUM pernah melewatinya. :)) *ini kata teman(-teman) saya yang udah nikah* :D

Rio said...

menjadi istri dari anak-anaknya kelak????????

Unknown said...

Dinikahiin laa