03 April, 2013
Butterflies in My Tummy
Hai kau,
Iya, ini aku. Bingung bagaimana harus memulai, tapi mau tidak mau, aku harus menceritakan dari awal biar kau paham. Mungkin akan sedikit panjang, tapi aku yakin tidak akan menyita waktumu terlalu lama.
Ya ampun. Formal sekali. Setelah dibaca ulang, aku merasa jijik dengan kalimat di atas. Hahaha.
Oke. Forget it.
*tarik napas... hembuskan*
Aku mau mengakui sesuatu. Bukan, bukan pernyataan bahwa aku adalah malaikat dari negeri Kahyangan atau alien dari planet Mars.
Aku mengidap penyakit aneh.
Awalnya aku tidak mempermasalahkannya, tidak pernah kuhiraukan. Pikirku, sakit ini mungkin akibat stress atau kelelahan.
Namun lama-kelamaan, penyakit ini ngelunjak! Makin parah.
Ini aja dalam keadaan kritis ngetiknya.
Eh, tolong jangan menelepon untuk menanyakan keadaan. Baca selesai dulu, baru menghubungiku.
Kejadian naas ini terjadi tiga bulan lalu, tepatnya aku kurang tahu. Mungkin, tidak lama setelah berkenalan denganmu sepertinya. Tidak, aku tidak bermaksud menyalahkanmu. Aku cuma mengambil patokan waktunya saja.
Bermula dari rasa sakit perut, semacam ada yang mengganjal di dalamnya. Ingat tidak pertama saat kita jogging bareng di kawasan Senayan?
Aku mendadak berhenti, dan kau tetap berlari jauh meninggalkanku. Ketika kau menghampiriku, 'benda' di dalam perutku malah semakin membuatku melilit.
Aku mengabaikannya. Kupikir ini efek terlalu lama tidak berolahraga.
Kau tahu... saat itulah pertama kalinya semuanya berasal.
Minggu setelahnya, saat kita makan malam bersama di Pasific Place sepulang kerja. Penyakit itu kambuh.
Bukan melilit lagi, tapi ada benda yang seakan membebat perutku.
Rasanya ingin segera pulang saja.
Seharusnya aku menceritakannya padamu saat itu juga, tapi aku tidak suka dikasihani.
Aku memilih diam, dan berkonsentrasi dengan kicauanmu. Beruntung tawa dan senyumanmu bisa menenangkan perutku yang rusuh.
Tapi itu tidak bertahan lama ketika kau secara tiba-tiba menarik tubuhku agar mendekat, membaui parfum yang baru kau beli.
Rasa itu datang kembali.
Aku mengumpat perutku, isi perutku tepatnya. Mengutuk semua yang terjadi.
Hei, seharusnya aku bersenang-senang! Bukannya merasakan kontraksi!
Mungkin 'benda' di dalam perutku murka karena aku memarahinya.
Ia menyiksaku setiap hari. Hingga aku tidak tahan dan berkonsultasi dengan sahabatku, menjelaskan secara detail dan ia malah tertawa terbahak-bahak.
"Haruskah aku ke dokter?" tanyaku.
Ia menggelengkan kepalanya dan menjawab, "kau tidak perlu ke dokter. Ini bukan penyakit berbahaya karena setiap orang mengalaminya. Beruntunglah orang yang bisa mengalami hal seperti ini karena aku sendiri berharap dapat merasakannya."
Aku tercengang dan tak mengerti maksudnya. Lalu ia menambahkan, "kau sedang jatuh cinta, bodoh."
Kau pasti tertawa. Tapi aku tidak. Bingung melandaku. Apa hubungannya jatuh cinta dengan semacam ada kepakan di dalam perutku?
Berhari-hari aku berusaha menafsirkan rasa ini.
Lama aku termenung, sampai akhirnya tersadar.
Oh, Tuhan. Betapa idiotnya diriku. Jadi ini ya maksudnya "kupu-kupu di dalam perut"?
Aku pun mulai tertawa, menertawai diriku yang baru paham tentang hal ini.
Awam dan kelihatan sekali bahwa aku ini manusia polos.
Ya... belakangan, aku mulai membiasakan diri saat sayapnya yang menggelitik.
Ternyata, sayap kupu-kupu yang berdesing tetap membuatku nyaman.
Rasanya menyenangkan juga.
Dulu aku tak menginginkannya, begitu tahu artinya. Aku malah bersyukur.
Kupu-kupu dalam perutku mengepakkan sayapnya sekarang, setiap waktu bahkan.
Bayangkan... ia tumbuh dari kepompong, berubah menjadi ulat lalu bertransformasi menjadi kupu-kupu.
Kini kurasa ia sudah semakin besar.
Mungkin terlalu sesak dan selalu bergejolak ingin melesak keluar.
Maka sekarang aku bermaksud membebaskannya.
Bukan berarti tidak menginginkannya lagi, lho.
Keluar ini dalam arti membiarkannya terbang dan mengekspresikan rasa.
Dan itu selalu terjadi saat bertemu denganmu.
Ohmaigawd.
I can't believe this is happen to me.
Sudahlah aku tidak tahu harus mengetik apa lagi.
So, apakah kau ingin melihat kupu-kupu yang kumaksudkan?
Kalau iya, temui aku nanti malam di tempat biasa. Dan kumohon, bersikaplah seperti biasa saja.
Karena aku tidak mau kupu-kupu itu mati karena ketakutan.
See you.
From a girl who has butterflies in her tummy.
xoxo
PS : Fiksi aja :)))
2.45PM, April 03, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
Aku suka kupu-kupu, tapi kenapa kupu-kupunya ada di dalam perut cicak? Heu! *komen (pura-pura) bego sebego-begonya* :))
Iya, kupu-kupunya dimakan CICAK!
Pfffftttt
Syukurlah masih kupu-kupu bukan kelinci gila ;p
Good writing, Greetings to you, ... if we can be friends ...? join with me, please: D
Post a Comment