11 March, 2013

Anti - Nanti - Menanti

 
Hai Rina, sahabatku yang sudah menetap di desa tak tersentuh. Hahaha. Bercanda.
Maafkan aku yang sudah telat-delay-terlambat mengirimimu surat elektronik nggak berprangko ini. Semoga Pak Internet Pos tidak lalai dalam proses mengantar suratku.

Pasti bingung dengan judulnya, ya? Sebenarnya, aku ingin curhat sekaligus membahas masalah penantian, sih. Kita berada di situasi yang sama, bukan? Nggak berniat menyinggung dan jangan merasa tersindir apalagi terkonfrontasi. Hehehe.

Kalau nggak salah, kabar terakhir lewat BBM, kamu masih menunggu datangnya si Anugerah, ya? (kau pasti mengerti siapa yang kumaksud, tanpa kujelaskan). Sama seperti aku, Rin. Aku menanti juga.

Menunggu itu nggak asyik, ya? Capek, bosan, bete, apalagi? Oh iya, menyedihkan. Semua harapan kita tumpukan pada sesuatu itu. Seluruh tenaga, asa, kita kerahkan dalam proses menanti itu.

Terhitung nggak kira-kira apa saja yang sudah kita keluarkan buat menunggu seseorang itu?
Sudah berapa liter air mata yang kita buang untuk ia yang kita tunggu itu? Oke. Jangan bilang buang, karena buang terdengar kasar deh. Aku ulangi.
Sudah berapa liter air mata yang kita persembahkan untuk ia yang kita nantikan?
Sudah berapa lama waktu yang kita lewati?
Sudah berapa lama durasi doa yang kita panjatkan?
Sudah berapa amin yang kita ucapkan saat teman turut mendoakan untuk kita?
Sudah berapa kali kita menghela napas saat mengetahui hari demi hari untuk ia yang tak kunjung datang?
Sudah berapa kali kita iri dengan orang lain?

Nyesek, nggak? Sangat.
Pedih, perih dan kacau? Banget.
Putus asa? Jangan!
Jangan sekali-kali kau menyerah, karena Tuhan nggak suka orang-orang yang nggak memiliki harapan.
Kalau manusia nggak punya harapan, siapa lagi yang akan berdoa dan menjadi dekat dengan-Nya?
Ya kita-kita ini lah.
Kita-kita yang mempunyai harapan, kita-kita yang memiliki angan, impian, hasrat, cita-cita, dan tujuan.

Sebenarnya aku ini termasuk orang yang ANTI menunggu, Rin. Paling sebel kalau disuruh menunggu. Karena kau tahulah, aku orangnya nggak sabaran, apa-apa maunya cepat. Mungkin karena sifat jelekku inilah aku dikasih cobaan dari Tuhan agar belajar sabar.
Maunya sih bilang ke Tuhan, "Tuhan, sudah berapa banyak stok sabar yang aku kasih ke Kamu? Masih belum cukup, kah?"
Kepingin nggak ngomong begitu? Pernah nggak kepikiran ngomong gitu?
Terus, pernah terlintas buat menyerah nggak?
Aku? Aku berkali-kali, Rin.
Capeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeek banget. Duh, udah nggak bisa diungkapin dengan kata-kata, deh. Pokoknya sesama orang yang sedang menunggu pasti tahu rasanya, deh. Apalagi kamu, udah setahun kan, ya?
Aku sudah menunggu 26 tahun, nih :)) Belum datang-datang juga :))

Oh iya, aku pernah baca status FB salah satu temanku.
"Tahu nggak kenapa dia belum hamil-hamil juga? Mungkin karena dia belum pantas jadi seorang Ibu!" terus pernah baca juga, "Dia belum pantas menikah! Makanya jadi perawan tua! Tuhan hukum dia tuh!"

Duh. Kalau ketemu orang yang ngomong begini, mau aku sobek mulutnya itu. Kejam banget.
Berani benar dia menghakimi seseorang. Kita aja dilarang untuk menghakimi sesama kok. Dosa!
Pantas atau nggak ya itu bukan kita yang menilai. Semua orang pantas, berhak mendapatkan apa yang ia inginkan. Tak luput sesuatu apapun itu.
Jadi Rin, kalau ada orang yang ngomong begitu, hajar aja.
Pffft..

Tapi ya itu, Rin. NANTI juga akan datang waktunya, kok. Cuma ya entah kapan. Sabar aja, ya (ungkapan basi). Hahaha.
Btw, ngerasa basi nggak sih denger kata "sabar" dan "tabah" ?
Ayok mengangguk. Hahaha.
Jujur, akunya sih bosan banget. Nggak munafik lha, ya. Kalau denger kata 'sabar' itu malah ngebikin aku kesel, keki lalu pengen marah ke orang yang ngucapinnya dan bilang, "MAKAN TUH SABAR!"
Hahaha.
Bercanda. Paling pas orang ngomong, "sabar, ya" kita cuma mengangguk atau ngomong "amin"
Nah, kan. Udah berapa kata amin yang kita ucapkan?

Proses yang kita jalanin mungkin akan membuat kita mengeluh sepanjang waktu. Terkadang karena kesibukan, mungkin kita nggak akan kepikiran. Paling-paling setelah ngelewatin ratusan hari, kita baru sadar. Duh, ternyata udah selama ini. Kenapa masih belum ada, ya?

Kecewa udah pasti, tapi balik ke kita lagi sih. Sebenarnya menunggu kadang menyenangkan, kok. Kadang lho ya. Aku nggak bilang setiap saat. :))
Tergantung gimana kita menghadapinya aja.
Hidup itu kayak roller coaster, Rin. Kadang di atas, kadang di bawah. Tergantung gimana kita menyikapinya aja. Mau teriak ketakutan, atau teriak sambil tertawa.

Jadi, ya... Kita sama-sama nikmati proses MENANTI aja ya, Rin. Nggak enak sih emang, nyaman juga enggak. Tapi yang aku maksudkan itu, hari-hari yang kita lewatin itu jangan disia-siain.
Berusaha menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang seru aja. Biar nggak monoton dan kepikiran. Terus yang paling penting itu DOA. Nomor satu tuh.
Jangan lupa deh pokoknya.

Kalau begitu, selamat menunggu ya Rin.
Mari kita tunggu kabar baik dari Tuhan.

Love you,


Lia


4.30PM, Monday, 11/03/13

2 comments:

Evi Sri Rezeki said...

Berenti menanti, berenti percaya bahwa DIA akan datang sendiri.

rd. rengganis said...

(: wah wah wah... aku juga terkadang berada di posisi ini. Tapi, memang benar biarkan indah pada waktunya. Semoga penabtian kita semua lekas berujung. :) lalu memulai lagi dengan langkah baru bersama-sama dia yang telah diberikan oleh Nya untuk kita. salam kenal :D