Gadis itu luar biasa cantik. Hidungnya mancung, mata besar
dipadukan dengan bulu mata lentik, bibir merah bak plum dan kulit berwarna
kuning langsat cocok. Pahatan Tuhan yang satu ini memang patut diacungi jempol,
belum lagi sepertinya dia berdarah campuran Belanda-Tionghoa. Tubuhnya? Tidak
perlu diragukan lagi. Semampai dan montok.
Menurutmu, berapa harganya? Ada yang berani menawarnya?
Seluruh hartamu? Hahaha. Jangan membuatku geli.
Kalau aku pria, mungkin akan kutawarkan seluruh hidupku
untuknya. Menjaga dan mengayominya.
Eits, tapi ada satu yang belum kuberitahu. Yang akan
mempengaruhi penilaianmu dan sedikit menggoncang pandanganmu.
Ia janda beranak satu.
Bagaimana? Apa kau ingin tertawa sekarang dan menarik diri
dari “pelelangan” itu?
Kaupikir masih ada rahasia yang belum kuberitahu. Tidak. Tidak
ada. Cuma itu.
Ia wanita berusia 21tahun.
Istilahnya, kalau membeli barang/makanan, kau bakalan dapat paketan. ( Paket
plus anak. Haha )
Dan kau tahu siapa yang beruntung memiliki wanita etnis itu?
Seorang pria berasal dari Taiwan, umur sekitar akhir 30 atau
awal 40, berkulit gelap dan mirip Tukul Arwana. Ia bahkan bukan pria kaya atau
memiliki usaha di negeri asalnya, cuma pria yang bekerja sebagai karyawan di
toko bangunan.
Lalu kenapa wanita itu tertarik? Ya jelaslah. Ia menikahi
pria itu karena dijodohkan. Keluarga wanita itu kan dibayar!
Kau tahu berapa bayarannya?
DELAPAN JUTA!
RUPIAH, ya! Bukan DOLLAR!
RUPIAH, ya! Bukan DOLLAR!
Iya! Benar. Rp. 8.000.000,-
Kalau di kota-kota metropolitan, mungkin gadis panggilan dengan standar high class harganya bahkan lebih mahal
dari itu, dan tidak terikat! Benar atau tidak?
Whatever. Yang pasti
akan selalu ada pro dan kontra. Sebagian mengatakan ‘terlalu murah!’ dan mungkin
sebagian berkata ‘pria itu pantas mendapatkannya!”
Tunggu, kalau kau berani mematok harga, memang berapa
hargaMU? :)))
Sebentar, jangan menggebu-gebu seperti itu. Mari dengar
ceritaku dulu. Bagaimana, kapan, dan apa yang terjadi pada wanita itu hingga
bisa dihargai Rp. 8.000.000,- saja.
Seminggu yang lalu, seorang pria asal Taiwan sebut saja A PHENG,
sedang mencari seorang istri. Kenapa harus jauh-jauh sampai ke benua lain? Memangnya
di Taiwan sudah kekurangan stok?
Aku tidak sempat bertanya pada si A Pheng, dan mengurungkan
niat untuk bertanya. Yang bisa kulakukan hanya menebak-nebak saja, mungkin
karena ia hanya pria yang kurang mapan dan gadis-gadis Taiwan tidak begitu
tertarik. Makanya, ia menyuruh seorang agen atau dikenal sebagai “Mak Comblang”
untuk mencarikan istri untuknya di luar hometown-nya
dan hanya di Indonesia-lah, tempat atau gudang gadis-gadis belia yang bisa
dinikahi itu berada.
Jangan kaget. Perjodohan ini sudah familiar di telingaku. Apalagi
di kota Pontianak atau Singkawang. Apa ini termasuk human traficking? Jelas tidak. Karena ini tidak ada unsur paksaan.
Si Mak Comblang sebut saja A JIE, si A Jie ini pun
mengenalkan A pheng pada pada wanita itu, sebut saja namanya SUSI-lah ya :)))
Sebelum A Pheng ke Indonesia, ia memberi uang senilai 100juta
rupiah ke A Jie untuk mengurus segala keperluannya. Lalu kenapa hanya
Rp.8.000.000 jatuh ke tangan Susi??
Ternyata 100 juta ini diserahkan ke A Jie untuk menguruskan
tiket pulang pergi ke Taiwan si A Pheng dan ibunya, sekaligus untuk penginapan,
makan, biaya foto prewed, pesta
pertunangan dengan 30 undangan dan hantaran yang berupa “4 tiam kim” ( empat
jenis emas, terdiri dari ; cincin, kalung, gelang serta liontin) untuk Susi.
Plus 8 juta itu dan uang capek buat si A Jie. Dan minggu depan, Susi dan
suaminya A Pheng akan berangkat ke Taiwan untuk menjalani kehidupan bersama.
Menurutmu, pantaskah Susi menerima 8 juta rupiah dan ditukar
dengan raga dan jiwanya?
Pertama saat mendengar berita itu, aku berteriak, “Gila!
Semurah itu?! Yang benar saja! Perek di Jakarta aja lebih mahal dari itu!
Bener-bener idiot! Memangnya tidak bisa ditawar lebih tinggi? Buat ngontrak
rumah aja nggak cukup, biaya hidup pun cuma cukup untuk dua bulan! Masa iya
orangtuanya nggak protes? Anaknya dikasih makan sampai sebesar itu masa hanya
dihargai segitu? Sudah! Kawin dengan pria lokal aja! Pasti harganya sama kok!”
Tapi malam ini, setelah menghadiri pestanya, aku menjilat
kembali segala perkataanku kemarin.
Kocak. Pasti kalian bertanya-tanya kenapa. Apa karena Susi
seorang janda, tidak perawan lagi, punya satu anak dan memang segitulah harganya
tidak peduli seberapa sempurnanya dia.
Salah.
Kau tahu apa yang kulihat saat mereka berdua duduk
bedampingan bersama di meja makan, ditemani senda gurau keluarga sambil
menikmati makan malam?
Mereka benar-benar seperti pasutri yang sudah saling
mengenal bertahun-tahun!
Pandanganku tidak lepas dari Susi. Aku benar ingin tahu, apakah
wanita bernilai 8 juta itu benar idiot atau murahan, kenapa dihargai segitu pun
mau.
Tapi yang terlihat sungguh menggugah hati. Susi tersenyum
simpul, lalu mengikik geli saat A Pheng berbisik padanya. Entah itu rayuan atau
sekadar obrolan ringan yang lucu.
Kau tahu? Cukup melihat hal seperti itu saja hatiku langsung
meleleh. Maksudku, mereka baru bertemu kurang dari seminggu dan tampang mereka
menyiratkan kebahagiaan tak terkira. Seakan memang sudah ditakdirkan bersama,
mereka pun enggan berpisah barang sedikitpun. Nempeeeeel terus.
Hatiku lega. Entah lega yang seperti sehabis pup atau lega
ternyata segalanya berjalan lancar. Saat mengucapkan selamat ke Susi, aku
mendoakan dia. Ya doa seperti biasa saja, semoga langgeng hingga kakek-nenek,
dan doa ini tulus dariku untuk Susi.
Ya ampun. Susi benar-sangat-amat bahagia. Ia berlari kesana
kemari, bergembira dan memandang suaminya penuh perasaan. Jadi, masih
pentingkah 8 juta rupiah itu bila kalian melihat peristiwa se-mengharukan dan
penuh suka cita ini?
Tidak. Aku tidak peduli lagi berapa harganya Susi yang
penting dia senang, tidak terpaksa, tidak tertekan dan menemukan pendamping
hidup yang akan selalu menjaganya.
Bagi Susi, 8 juta itu mungkin hanya sebuah uang jajan dari A
Pheng untuk keluarganya , dan si A Pheng-lah kado terindah yang diberikan Tuhan
untuknya.
Susi mengabaikan 8 juta rupiah itu karena ia cukup bahagia mengarungi
bahtera bersama yang ia sayang.
“Persetan dengan 8 juta rupiah itu!!!! Yang penting aku
bahagiaaa!!” teriak Susi dalam hatinya, tebakku. Hahaha.
Well, happily ever after or not yang penting
mereka tertawa bersama.
So, siapa sekarang
yang mau protes bahwa Susi terlalu murah?
21.19/26April2013
4 comments:
kenyataan ini memang benar adanya, tapi balik lagi, persetan semua jika cinta sudah bicara. :D
hmmm bicara cinta, sulit cr alat ukurnya.pake logic bs kali yah
hmmm bicara cinta, sulit cr alat ukurnya.pake logic bs kali yah
Yeap. Love vs Money ^^
Post a Comment